H. MOH. NASIR

Jumat, 24 September 2010

PROPOSAL PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan yang sangat luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun. Kitab suci Al-Qur’an memiliki berbagai macam keutamaan yang berfungsi sebagai pedoman hidup bagi setiap umat Islam bagi kehidupannya sehari-hari dari setiap umat Islam wajib berpedoman kepadanya.
Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-Qur’an saja, sudah termasuk amal ibadah yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira atau di kala sedih. Membaca Al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
Setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur’an, mempunyia kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah kewajiban suci lagi mulia. Rasulullah SAW. telah mengatakan “sebaik-baiknya kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Dalam perintah membaca Al-Qur’an, banyak ayat dan hadits yang menganjurkan umat Islam untuk membaca Al-Qur’an, karena membaca dan mempelajari Al-Qur’an mempunyia keutamaan dan kelebihan. Di antaranya adalah:
Dari teks Al-Qur’an


Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menginfakan sebagian rizki yang telah Kami berikan kepada mereka secara diam-diam atau terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak merugi. Agar Allah menyempurkan kepada mereka pahala dan menambah kepada mereka karunia-Nya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Al-Fathir/35;29-30)
Dalil-dalil di atas menunjukkan betapa pentingnya membaca dan mempelajari Al-Qur’an akan mendapat kemuliaan di dunia maupun di akhirat. Untuk itulah kemudian Islam menganjurkan bahkan mewajibkan pada umatnya untuk membaca Al-Qur’an.
Namun sangat disayangkan motivasi membaca Al-Qur’an itu sendiri relatif sedikit. Apabila di kalangan masyarakat zaman sekarang. Al-Qur’an seolah-olah dijadikan hiasan ruangan saja. Mereka membaca Al-Qur’an pada momen-momen tertentu saja, misal pada saat upacara pernikahan, kematian, penempatan rumah baru, peringatan hari besar Islam dan sebagainya.
Kenyataan inipun berimplikasi juga di kalangan pelajar dalam pendidikan formal, yang merasa enggan dan malas membaca Al-Qur’an. Padahal kita tahu, bahwa dari mulai SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA selalu ada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di dalamnya memuat teori-teori tentang Al-Qur’an, agar para siswa-siswi bias termotivasi untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Di SMP, kultur dan minat membaca Al-Qur’an di kalangan siswa-siswi begitu rendah. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya siswa-siswi yang membaca Al-Qur’an pada jam istirahat sekolah, sedikitnya siswa-siswi yang fasih dalam membaca Al-Qur’an dan apabila ada tugas untuk menghafal Al-Qur’an, seringkali banyak siswa-siswi yang malas untuk menghafalnya. Gambaran di atas menimbulkan berbagai pertanyaan kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah guru agama khususnya pelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah tidak memberikan pengaruh dan motivasi apapun terhadap anak didik untuk membaca Al-Qur’an?, atau karena memang jam pelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah masih terlalu
sedikit, sehingga perlu ada waktu khusus untuk memdalami Al-Qur’an?. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberikan inspirasi pada penulis untuk meneliti fenomena yang terjadi SMP Jakarta dengan :
“Pengaruh Kemampuan Guru Terhadap Motivasi Membaca Al-Qur’an Siswa-Siswi di SMP YAPIS”
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMP YAPIS?
2. Bagaimana motivasi membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS?
3. Usaha apa yang dilakukan guru dalam menumbuhkan motivasi siswa membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS?
4. Bagaimana pengaruh pembelajaran Al-Qur’an dalam upaya menumbuhkan motivasi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS?
5. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an untuk menumbuhkan motivasi membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS?
6. Apakah pembelajaran Al-Qur’an khususnya membaca Al-Qur’an bisa memotivasi siswa di SMP YAPIS?
C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pemahaman penelitian ini, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Hakekat kemampuan guru
Pengertian kemampuan guru
Untuk lebih memahami pengertian dari kemampuan guru terhadap motivasi membaca Al-Qur’an, terlebih dahulu dapat diuraikan pengertian kemampuan dan guru. Pengertian kemampuan adalah kata kemampuan hamper sama dengan kompetensi yang berarti gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti atau sebagai kewenangan guru dalam melaksanakan prifesi keguruannya dan bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab
dan layak. Sedangkan yang dimaksud guru di sini adalah “orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.[1]
“Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu.”[2]
Pengertian profesi berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat modern menurut bermacam-macam ragam spesialisasi, yang diperlukan masyarakat yang semakin kompleks. Demikian pula profesi kependidikan hingga saat ini masih dibicarakan banyak orang. Meskipun berbagai pandangan telah berkembang tentang masalah tersebut, namun satu hal sudah pasti bahwa sekarang ini mulai dirasakan perlunya lembaga pendidikan yang secara khusus mempersiapkan tenaga tersebut membawa implikasi bahwa perlu dikembangakannya program pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas tinggi serta dapat dilaksanakan secara efisien dalam kondisi kultural masyarakat tertentu.
Profesi ini pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan itu.[3]
Jika ditelaah, pengertian tersebut mengandung beberapa hal, yakni bahwa profesi itu merupakan pernyataan atau janji terbuka, profesi itu mengandung unsur pengabdian, dan profesi itu adalah suatu jabatan atau pekerjaan.
Pengaruh kemampuan guru adalah kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
2. Hakekat Motivasi
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah penemu (determinan) perilaku. Ada juga yang menyatakan bahwa motivasi adalah teoritis mengenai terjadinya perilaku, menurut para ahli, konstruk teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan (direksi), semua tujuan (intensif global) dari perilaku. Seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami yang memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku tersebut disebut motif.
W. S Winkel, menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan.[4]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah usaha siswa secara sungguh-sungguh untuk mencapai hasil belajar yang semaksimal mungkin. Kesungguhan usaha siswa dapat dilihat dari aktivitas belajarnya yang memiliki kecakapan dan kekuatan dalam usaha sendiri.
Sementara itu, Hoy dan Miskel dalam buku Edudational Administration yang dikutip oleh M. Ngalim P. mengemukakan bahwa motivasi kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pertanyaan-pertanyaan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.[5] Jadi motivasi dapat dikatak sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Oleh karena itu motivasi sangat penting bagi seseorang dalam melakukan segala
aktivitas. Dengan motivasi akan terdorong untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Misalnya dalam kegiatan belajar, siswa yang memiliki motivasi belajar akan terdorong melakukan aktivitas belajar demi mencapai hasil belajar yng optimal. Motivasi membaca Al-Qur’an siswa adalah seluruh daya penggerak psikis siswa yang dapat ,menghantarkan siswa pada tujuannya. Motivasi mempunyai dua karakteristik, yaitu karakteristik yang dapat menurunkan dan meningkatkan motivasi yang terdiri dari aspek sumber motivasi, tujuan motivasi, kebutuhan untuk berprestasi, atribusi, keyakinan terhadap kemampuan, dan keterlibatan tipe, namun motivasi membaca Al-Qur’an dalam penelitian ini akan difokuskan pada aspek tujuan, kebutuhan untuk berprestasi dan tipe keterlibatan.
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang, maka perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMP YAPIS?
2. Bagaimana motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Al-Qur’an di SMP YAPIS?
3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an terhadap motivasi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran motivasi siswa dalam membaca dan belajar Al-Qur’an di SMP YAPIS.
2. Untuk mengetahui gambaran pembelajaran Al-Qur’an dilakukan dalam upaya menumbuhkan motivasi siswa dalam membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS.
3. Untuk mengetahui gambaran seberapa besar pengaruh kemampuan guru terhadap motivasi membaca Al-Qur’an di SMP YAPIS.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran format pembelajaran Al-Qur’an yang bisa memotivasi siswa untuk membaca Al-Qur’an.
2. Sebagai masukan bagi para pendidik dalam meningkatkan pembelajaran Al-Qur’an di SMP YAPIS, khususnya dalam upaya peningkatan motivasi membaca Al-Qur’an.
G. Sistematika Penyusunan
Bab I adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penyusunan.













DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, dkk. 1991. Psikologi Umum buku panduan mahasiswa.
Jakarta : Pustaka Gramedia Utama, cet ke 2
Rustana Ardiwanata, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Guru Agama, Depag RI, 1986), hal. 330
Sri Kun Pribadi, Profesi Keguruan, (Jakarta, 1976).
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,, (Jakarta, Grasenda, 1996), cet IV, hal. 190-193

[1] Rustana Ardiwanata, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Guru Agama, Depag RI, 1986, hal.330
[2] Srikun (1996)
[3] Srikun pribadi, profesi keguruan, (Jakarta, 1976)
[4] Winkel W.S., Psikologis Pendidikan, (Jakarta : Gransindo,1996),hlm.92

[5] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2004)h,72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar